Cara Menjadi Magnet Rezeki dengan Memanfaatkan 8 Tingkat Kesadaran Manusia?

by zona kaya
0 comment
Cara Menjadi Magnet Rezeki

Ingin Tahu Cara Menjadi Magnet Rezeki?

 

Tidak banyak yang tahu bahwa untuk bisa menjadi magnet rezeki bermula dari kesadaran diri. Berkaitan dengan kesadaran, ada 8 tingkatan kesadaran dalam diri manusia yang ternyata mampu mempengaruhi rezeki seseorang dalam hidupnya. Sebagaimana dilansir dari www.syaifulmaghsri.com dijelaskan bahwa kesadaran adalah sebuah kondisi dimana seluruh energi dan jiwa seseorang terhubung dengan semua energi positif yang ada di luar dirinya, sehingga jiwanya menjadi matang dan mampu melakukan semua aktivitas hidup dengan cara-cara yang baik dan benar. Dia akan menyadari bahwa kebahagiaan hidup dan rezeki hanya bisa didapat dengan pikiran yang positif.

Kesadaran manusia berada pada lapisan energi paling dasar, sehingga orang yang sadar akan dengan mudah mendapatkan perasaan positif. Jiwannya akan senantiasa tenang, damai, dan bahagia. Segala sesuatu yang terjadi direspon secara positif  di dalam pikirannya. Hingga pada akhirnya, sesuai hukum Bioelektromagnetik, nasib hidupnya pasti menjadi baik juga.

Kesadaran dapat diperoleh dari berbagai macam pengalaman hidup. Salah satunya adalah dengan merasakan jatuh-bangun kehidupan, sehingga seseorang akan menemukan sebuah pola untuk menerapkan prinsip-prinsip hidup. Ketika dia berpikir negatif, ternyata banyak masalah yang muncul silih berganti dalam hidupnya. Namun setelah dia mampu menjaga semua aktivitasnya dalam zona positif, seluruh hidupnya menjadi terasa mudah, bahagia, dan rezeki selalu berdatangan.

*******

Menerapkan kesadaran secara disiplin akan menarik energi-energi positif, menjadi magnet rezeki, dan bahkan mendatangkan keajaiban hidup. Semakin tinggi tingkat kesadarannya, semakin banyak keajaiban hidup yang akan dirasakan.

*******

Cara Menjadi Magnet Rezeki

Berikut ini adalah 8 tingkatan kesadaran manusia yang perlu kita perjuangkan dan terapkan untuk menjemput Rezeki Allah yang lebih berkah dan berlimpah:

(+1) Menjadi Ridha

 

Kesadaran seseorang mulai muncul pada saat dia mulai menerima apa pun yang sedang terjadi tanpa syarat apapun (Ridho). Terutama hal yang mengecewakan dan tidak menyenangkan hatinya. Sampai dititik ini, sikap menerima akan memunculkan pondasi energi yangkuat. Dan menciptakan magnet rezeki yang mampu menarik semua energi kemakmuran disekelilingnya untuk terciptanya keajaiban.

Ciri orang yang sudah mulai berada pada level ini adalah keridhaan terhadap apa yang terjadi pada kehidupan nya. Ridha yang dimaksud adalah rela menerima apa pun yang terjadi dengan setinggi-tinggi kerelaan karena Allah. Dan Allah akan meridhai orang-orang yang ridha, seperti yang telah dijelaskan dalam firman-Nya:

“Mereka yang ridha kepada Allah maka Allahpun meridhai mereka.”(QS. al-Mujadalah: 22).

Ridha merupakan gabungan dari positive thinking yang maksimal dan positive feeling yang sempurna. Pribadi level ini, ketika dihina orang malah balik memuji, ketika bangkrut malah bersyukur, ketika sakit malah bertambah taat. Pribadinya sudah dialiri dan dipenuhi energi quantum.

Dia memahami betul bahwa hidup adalah satu dan terhubung. Apa yang terjadi pada dirinya pada hakikatnya hanya kebaikan. Jika kehilangan suatu harta dari sisinya, diatahu itu bukan hilang, tapi proses pergantian dengan harta atau sejenisnya yang lebih baik. Diapun tersenyum karena sudah mengetahui betul tentang hakikat energi yang takterbatas pada ruang dan waktu. Allah menegaskan dalam Al-Qur’an,bahwa:

“Dan Allah sudah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dibumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa.”(QS. An-Nur:55)

Berkuasa yang dimaksud dalam ayat diatas belum tentu dalam bentuk fisik, seperti bentuk kerajaan atau negara yang dikuasai. Penguasaan yang dimaksud adalah penguasaan hati yang tenang dan damai serta penguasaan ilmu bahwa hidup harus disyukuri karena apa yang telah diberikan Tuhan, jauh lebih banyak daripada yang kita harapkan. Orang yang sudah menguasai hatinya akan merasa terpenuhi dan menjadi magnet rezeki yang berkah dan berlimpah.

Baca juga: Rahasia Allah dalam diri manusia : rezeki, jodoh, dan maut

(+2) Bersikap Jujur

 

Orang yang mencapai kesadaran dilevel ini akan mengandalkan kejujuran sebagai roh bagi kebahagiaan hidup didunia. Dia mengukur keuntungan bukan dari mendapatkan finansial yang banyak, uang yang berlimpah, atau lulus ujian tanpa perlu mencontek. Dia medefinisikan keuntungan sebagai terjaganya energi jiwa yang positif untuk mendatangkan rezeki berlimpah sebagai bekal hidup di dunia dan di akhirat.

Ada banyak keyakinan yang muncul dimasyarakat tentang hukum karma, hukum konsekuensi, hukum tabur-tuai, dan yang berhubungan dengan energi yang dikenal sebagai hukum Bioelekteomagnetik. Dalam ajaran Islam sendiri, hukum ini dikenal dengan hukum dzarroh. Selain dalam Surah Al-Zalzalah, ajaran dzarroh juga disebutkan dalam Surah Lukman.

Lukman mengajarkan pada anaknya:

“Hai anakku, sesungguhnya jika ada [sesuatu perbuatan] seberat biji atom [yang sangat halus sekalipun] yang berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan membalasnya.”(QS. Lukman :16)

Orang jujur pasti memiliki landasan pijak yang kuat seperti ini. Ajaran yang sangat mulia ini mengontrol dirinya untuk memilih melakukan perbuatan yang terbaik di segala situasi. Amalan-amalan ibadah yang dilakukan sebenarnya bertujuan untuk memudahkan munculnya sikap dan prilaku istimewa seperti ini. Pribadi yang mempunyai kejujuran akan sangat mudah terhubung dengan kebaikan-kebaikan.

Cara Menjadi Magnet Rezeki

(+3) Mau Belajar

 

Pada level ini muncul Kesadaran diri dan kemauan untuk belajar. Melalui proses pembelajaran, jiwa seseorang akan terbuka terhadap ide-ide dan ilmu-ilmu baru. Ibarat parasut yang berfungsi ketika mulai terbuka, begitu juga jiwa yang hidup dengan energi positif, baru berfungsi ketika kesadaran mulai terbuka. Lantas, bagaimana cara membuka kesadaran? Salah satu caranya adalah melalui ilmu. Hal ini ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW,bahwa:

“Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim)

Membuka diri terhadap ilmu membutuhkan kerendah hati dan tawadu’ untuk belajar. Di hadapan ilmu, egoisme, ke-aku-an, serta harga diri harus melebur dan merendah. Sekilas, tawadu’ tidak memiliki kekuatan, rendah, lemah, dan tidak menjanjikan rezeki. Padahal, Allah jelas-jelas akan meninggikan orang yang tawadu’:

“Tidaklah seseorang merendahkan hatinya kepada Allah kecuali Allah azza wa jalla mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)

(+4) Mau Bekerjasama

Setelah seseorang mampu tawadu’ di hadapan ilmu, akan terjadi saling sinergi, kooperasi atau kerja sama dengan orang-orang di sekitarnya. Orang yang rendah hati akan disukai oleh banyak orang. Penghalang-penghalang rezeki sudah mulai mencair ditahapan energi level ini. Karena rezeki manusia dititipkan oleh Allah di antara manusia satu dan manusia yang lain, maka ketika terjadi koneksi energi, rezeki akan mengalir dengan mudah diantara mereka.

Itulah mengapa Rasulullah SAW sangat memuliakan aktivitas jiwa di level (+2) ini:

“Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Bukhari Muslim)

(+5) Menjadi Yakin

 

Level ini adalah perlambang terciptanya keajaiban yaitu menjadi lebih yakin kepada Allah. Saat seseorang sudah berada di level keyakinan kepada Alloh secara konsisten atau istiqamah, maka malaikat yang menjadi pembawa kabar gembira datang kepada mereka untuk memberikan rezeki yang halal dan berlimpah:

“Sesungguhnya, orang-orang yang mengatakan ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun pada mereka dengan mengatakan: Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan [memperoleh] surga yang dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fussilat: 30)

Mungkin Anda mengira bahwa orang-orang di level ini tidak lagi bekerja. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah sebaliknya, mereka bekerja dengan sepenuh jiwa dan raganya karena Allah, seperti yang telah dijelaskan dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat: 15)

Kata Jihad dalam firman tersebut bukan berarti perang, karena perang hanyalah salah satu bentuk dari jihad. Jihad yang dimaksud adalah “bersungguh-sungguh” pada tingkat maksimal, pada ruang yang Allah berikan pada diri mereka saat itu. Jika ladang yang tersedia adalah perang, mereka akan perang dengan sungguh-sungguh. Jika ladang yang tersedia adalah penelitian sains, mereka adalah saintis ulung pengukir sejarah ilmu pengetahuan, seperti Al-Jabbar, Ibnu Sina, dan Al-Khawarizmi. Jika ladang yang tersedia adalah sawah, mereka akan bercocok tanam dengan sungguh-sungguh. Jika ladang yang tersedia adalah berdagang, mereka adalah pedagang yang ulung, jujur, dan profesional.

Bentuk jihad bisa berubah, yang terpenting adalah kesungguhan saat kita diberikan amanah jihad oleh Allah. Pilihan jihadnya terserah kepada Allah, kita hanya perlu memaksimalkan kesungguhan kita.

Jika semua perbuatan dan amal ibadah kita semata mata karena Allah, termasuk saat kita mencari nafkah maka dengan sendirinya Allah yang akan menyediakan dan memenuhi semua kebutuhan hidup kita tanpa susah payah.

Baca juga: Bagaimana Cara Menjadi Orang Kaya, Orang Sukses, Rezeki Lancar Tanpa Kerja Keras?

(+6) Mau Melayani

Cara Menjadi Magnet Rezeki

Jika keajaiban sudah terjadi pada diri seseorang, lalu apa lagi? Bukankah itu sudah merupakan puncak?

Ingatlah bahwa masih ada langit di atas langit. Ditahap ke-6 ini, diri sendiri sudah tidak penting lagi. Orang di level ini adalah pribadi yang memfokuskan dirinya pada orang lain, bukan dirinya sendiri. Dia memikirkan nasib orang lain, berusaha melayani dan membuat orang-orang di sekitarnya bahagia dan mulia dengan keberadaannya.

Orang pada level ini adalah pribadi yang penyayang. Tidak ada yang dapat menggambarkan sifat orang pada level ini kecuali seorang ibu yang penyayang dan penuh cinta. Sifat penyayang lahir dari seorang ibu di luar batas logika. Karena faktanya, kedudukan cinta memang jauh di atas logika.

  • Seorang ibu rela memberikan apa saja dari dirinya, bahkan nyawa, asalkan anak yang dikandungnya selamat.
  • Seorang ibu rela tidak tidur malam, asalkan anak yang sedang demam bisa sembuh berkat kesabarnnya.
  • Seorang ibu rela tidak makan, asal anaknya bisa terpenuhi gizinya.
  • Seorang ibu rela bekerja siang dan malam, asalkan anaknya bisa pergi ke sekolah dan memiliki bekal yang cukup.
  • Seorang ibu rela melepaskan anaknya saat anak sudah menikah.
  • Seorang ibu rela menerima anaknya apa adanya, walaupun anaknya seorang penjahat.
  • Seorang ibu rela, ikhlas ridha memberikan semua yang dimilikinya kepada anaknya yang tercinta.

*******

 

Begitu juga dengan pribadi yang mau melayani dengan cinta dan kasih sayang. Dia bukan siapa-siapa bagi orang lain, namun berperan menjadi ibu bagi semua orang. Bukan untuk mengatur orang lain, namun untuk memberi cinta kepada orang lain, untuk memberi manfaat bagi orang lain. Pribadi seperti ini dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadist-nya:

“Sebaik-baik dari kalian adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.” (HR. Bukhori)

Berdasarkan ilmu Bioenergi, bahwa “semua adalah satu dan terhubung”, maka orang pada level (+6) akan melayani dan menyayangi semua orang seperti mereka mencintai dirinya sendiri. Inilah rahasia yang menjadikan mereka menjadi magnet rezeki, dimana rezeki mengalir deras dalam hidupnya dan semua kebutuhannya pun terpenuhi dengan sendirinya.

Motivasinya untuk hidup dan berjuang orang pada level ini adalah untuk orang lain, bukan dirinya sendiri. Sebagai contoh, Farizal yang pernah mengikuti kontes Indonesian Idol Junior. Ayah dan ibunya sudah tiada. Dia tinggal di sebuah sanggar anak jalanan di Balungan. Saat menyanyi, terdengar kesungguhannya dalam menyanyikan lagu untuk ibunya. Siapa pun yang mendengar, akan tersayat hatinya.

Berbeda dengan kebanyakan anak ketika ditanya motif mengikuti kontes itu. Ketika anak lain menjawab agar terkenal, supaya masuk TV, supaya bisa beli mainan, dll, Farizal malah menjawab dengan mantap “seandainya lolos, saya akan memperbaiki kuburan ayah dan ibu di Rangkas.” Ketulusan Farizal dalam menjawab motif mengikuti kontes itu malah membuat semua yang menonton merasa terharu. Dia tidak memikirkan dirinya, tetapi memikirkan orang lain, yaitu kedua orangtuanya.

Pribadi (+6) adalah mereka yang melakukan kebaikan kepada orang lain tanpa menuntut pamrih apapun. Mereka melakukan pelayanan dengan tulus ikhlas karena kematangan jiwanya telah terbentuk dan pemahaman ilmu yang mendalam. Hidupnya pun didedikasikan semata-mata untuk membantu dan melayani orang lain juga berbahagia ketika mampu melakukan hal itu.

(+7) Mau Berzuhud

 

Berzuhud maksudnya jiwa yang sudah tidak tergantung dan terikat hal hal keduniaan walaupun masih membutuhkan dan masih aktifitas duniawi. Dunia adalah kecil sekali dalam pandangan orang pada level (+7) kesadaran. Dia menginginkan yang lebih dari itu, rezeki yang lebih besar yaitu surga dan kebahagian akhirat. Dia tidak suka dengan kemewahan dunia, bukan karena dia tidak mampu, namun karena dia memilih untuk tidak terbelenggu dengan dunia. Meskipun kenikmatan dunia datang bertubu-tubi padanya, tapi tidak menjadikan dia lalai dan terikat. Orang seperti ini dikenal dengan sebutan zuhud. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadisnya:

“Barang siapa yang keinginanya adalah negeri akhirat, maka Allah akan mengumpulkan kekuatannya, menjadikan hatinya kaya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR. Imam Ahmad)

Ya, dunia datang dalam keadaan hina. Dunia melamar orang yang sudah sangat tinggi energi kesadarannya. Dunia membutuhkan pribadi level (+7) karena dunia akan menjadi lebih baik ditangannya. Tapi apa mau dikata, pribadi zuhud sudah tidak terikat lagi dengan dunia. Dia hanya fokus pada aktifitas akhirat. Meskipun begitu, Allah tetap mengingatkan kepadanya agar tetap membumi:

“Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu [kebahagiaan] negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaamu dari [kenikmatan] duniawi dan berbuat baiklah [kepada orang lain] sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” (QS. Al-Qasass: 77)

(+8) Insan Kamil

 

Level (+8) adalah tingkatan di mana seseorang sudah hidup dengan keyakinan penuh akan Allah dan selalu merasa bersama Allah di manapun, sudah menjadi manusia sempurna (insan kamil) yang dikasihi Allah. Visi hidupnya hanya satu; membahagiakan Allah yang telah menghidupkan dan memberikan rezeki kepadanya. Ada satu hadis qudsi yang menjelaskan tentang orang yang berada di level (+8) ini:

“Jika Aku telah mencintainya (seorang hamba), maka Aku menjadi pendengarannya yang dia mendengar dengannya, menjadi penglihatannya yang dia melihat dengannya, menjadi tangan yang dia gunakan untuk berbuat dan menjadi kakinya yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia memohon kepada-Ku niscaya Aku kabulkan dan jika dia meminta ampun kepada-Ku niscaya Aku ampuni dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya Aku lindungi.” (HR. Bukhari)

Pada akhirnya, siapa pun tidak mungkin mecapai tingkatan kesadaran yang tinggi, sebelum mencapai tingkatan-tingkatan kesadaran di bawahnya. Tidak mungkin mencapai level (+8) jika belum mencapai level (+7) dan level (+6). Namun karena level (+6) yaitu’mau melayani “sudah sangat cukup dan sangat bermanfaat untuk menjadi magnet rezeki yang luar biasa. Anda bisa mulai memfokuskan diri untuk mencapai level kesadaran ini.

Baca juga : Cara Menjadi Kaya dengan memasuki 360 pintu kekayaan

Sumber: syaifulmaghsri.com

 

You may also like

Leave a Comment

Copyright @2021 Zona Kaya – All Right Reserved.